PKKMB UNS 2025 seharusnya menjadi gerbang pertama bagi mahasiswa baru untuk mengenal dan mencintai kampusnya. Namun, alih-alih menghadirkan kebanggaan, gelaran penutupan bertajuk Symphony of Semar justru menyisakan luka dan kekecewaan.
Sabtu (23/8) malam, ribuan mahasiswa baru ditahan berjam-jam di luar venue. Rundown yang molor, alur masuk berantakan, larangan membawa air minum, hingga prosedur body check yang merusak barang pribadi, membuat situasi semakin tidak kondusif. Beberapa mahasiswa baru bahkan jatuh pingsan akibat dehidrasi, sementara tenaga medis yang disediakan jelas tidak sebanding dengan jumlah peserta.
Maba FISIP Juga Jadi Korban
Yang lebih menyakitkan, mahasiswa baru FISIP UNS juga turut menjadi korban dalam kegaduhan ini. Mereka, yang seharusnya disambut hangat dengan semangat kebersamaan, justru diperlakukan seolah beban. Maba kebingungan, tidak mendapat ruang untuk ibadah, bahkan harus merasakan langsung bagaimana panitia kehilangan profesionalitas.
Bagi kami, ini bukan sekadar insiden teknis. Ini adalah penghinaan terhadap martabat mahasiswa baru, dan sekaligus bukti nyata betapa kelalaian panitia telah mengorbankan rasa aman, nyaman, dan kebanggaan yang seharusnya hadir di momen awal perkuliahan.
Solidaritas Tidak Bisa Ditawar
Sangkara lahir dari kultur solidaritas. Kami percaya bahwa mahasiswa baru bukanlah sekadar peserta yang digiring, melainkan keluarga yang harus dijaga. Dan ketika mahasiswa baru FISIP dipermalukan, maka seluruh keluarga besar FISIP ikut dipermalukan.
Solidaritas bukan jargon, melainkan sikap. Karena itu kami menegaskan: kami berdiri bersama mahasiswa baru. Kami menolak perlakuan semena-mena, kami mengecam kelalaian fatal yang telah terjadi, dan kami menuntut pertanggungjawaban nyata, bukan basa-basi permintaan maaf.
Evaluasi Harus Terbuka
PKKMB seharusnya melahirkan kebanggaan, bukan trauma. Jika acara sebesar ini dibiarkan berjalan tanpa transparansi dan evaluasi terbuka, maka kegagalan serupa hanya tinggal menunggu waktu untuk terulang. Kami mendesak universitas dan panitia untuk berani mengakui kesalahan secara utuh dan membuka ruang evaluasi yang melibatkan mahasiswa, terutama mereka yang menjadi korban.
Penutup
Momen yang seharusnya dikenang indah justru berakhir dengan kecewa. Kami tidak bisa membiarkan mahasiswa baru, terutama keluarga baru FISIP disambut dengan luka. Kami percaya, dari kasus ini, harus lahir kesadaran bersama bahwa kampus bukan hanya tempat belajar, tetapi rumah. Dan rumah tidak pernah membiarkan anak-anaknya terluka.
Jingga Membara, FISIP UNS Membumi Mengudara.
0 Komentar